Asal Mula Kata Nahdloh

Asal Mula Kata “Nahdlah” dan “Ulama”

Di masa saat KH Hasyim Asy’ari hendak mendirikan organisasi ulama (belum bernama NU), beliau menyebut sebagai Jam’iyah Ulama, atau perkumpulan para ulama. Disaat para ulama berkumpul di Jl. Bubutan Surabaya tanggal 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H, adalah Kiai Mas Alwi yang mengusulkan kata Nahdlatul Ulama. Sebelum berdirinya NU, kata Nahdlah (bangkit) sudah bukan sesuatu yang asing, misalnya ditemukan dalam Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan para saudagar) dan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri).
Kiai Hasyim bertanya kepada Kiai Mas Alwi: “Mengapa Nahdlatul Ulama?”. Kiai Mas Alwi menjawab: “Sebab tidak semua ulama memiliki jiwa Nahdlah, kiai. Ada ulama yang sekedar diam di pondoknya saja, dan yang ada di dalam organisasi ini adalah ulama yang memiliki jiwa Nahdlah”. Kiai Hasyim Asy’ari menerima dan kiai-kiai yang lain menyetujuinya.
Darimana kalimat Nahdlah dan Ulama? Menurut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dua kalimat tersebut diambil dari kata mutiara al-Hikam dan Surat Fathir: 28. Nahdlah (bangkit) dari kalimat berikut:
لَا تَصْحَبْ مَنْ لَا يُنْهِضُكَ حَالُهُ وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ
“Janganlah kamu bersahabat dengan seorang yang perilakunya tidak membuatmu bangkit, dan ucapannya tidak mengarahkanmu kepada Allah” (Kata Mutiara Hikam, Ibnu Athaillah al-Sakandari)
Sedangkan “Ulama” dari ayat berikut:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ [فاطر/28]
“... Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama...” (QS Fathir: 28)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syirkah

Asilahh

I'rob 3